Selasa, 03 April 2012

Kepemimpina Dalam Hindu (Menawadharmacastra)


BAB I
Pendahuluan
      I.A Latar Belakang                                            
                Dalam kehidupan zaman Kaliyuga seperti sekarang ini, tindakan manusia semakin tidak terarah dan tidak memiliki tujuan yang jelas, sehingga sering terjadi penyimpangan-penyimpangan dalam aturan-aturan atau undang-undang, untuk mengatasi semua masalah tersebut sangat diperlukan seorang pemimpin, untuk mengarahkan masyarakat agar bertindak kearah yang benar.
            Pemimpin adalah orang yang bertugas untuk membimbing dan mengarahkan masyarakat yang dipimpinnya, seorang pemimpin mempunyai tugas yang sangat berat dalam mengarahkan masyarakat yang dipimpinnya, jadi seorang pemimpin harus mempunyai kelebihan dibandingkan dengan orang lain.
            Negara kita saat ini sangat membutuhkan seorang  pemimpin yang memiliki karakter yang baik dalam segala bidang, kerena kalau kita lihat banyak pemimpin sekarang tidak memberikan contoh yang baik kepada masyarakat, misalnya saja kita bisa ambil contoh banyaknya pemimpin yang korupsi, hal ini sudah tentu merusak makna pemimpin yang baik bagi masyarakat, bagaimana seorang pemimpin mampu menjadikan masyarakatnya baik ,jika pemimpinnya sendiri tidak baik?
            Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mampu menjalankan semua tugas dan kewajibanya sebagai pemimpin dan mampu mengarahkan masyarakat yang dipimpinnya . dalam paper ini penulis akan menjelaskan beberapa hal tentang kepemimpinan menurut kitab suci Menawa Dharmaçastra, dimana dalam kitab ini dijelaskan kewajiban-kewajiban pemimpin dan siapa sebenarnya pemimpin itu.
            Semoga dengan selesainya tugas ini kita dapat memaknai arti dari kepemimpinan ,dan mampu mengaplikasikanya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara serta dapat melahirkan pemimpin yang memilki karakter yang baik ,dalam membimbing masyarakat menuju kehidupan yang lebih baik .

B. Rumusan Masalah

Melihat banyaknya permasalahan yang terjadi di Negara kita terutama permasalahan pemimpin , kami ingin menjelaskan tentang beberapa hal mengenai kepemimpinan ,yaitu :

1)      Apakah pengertian pemimpin dan kepemimpinan?
2)      Apakah kitab Menawa Dharmaҫastra?
3)      Bagaimanakah kepemimpinan dalam kitab Menawa Dharmaçastra?
4)      Apa hubungan kepemimpinan dalam kitab  Menawa Dharmaçastra dengan kewarganegaraan?







C. Tujuan
Penulisan  tugas ini tentu tidak lain ingin menjelaskan beberapa hal tentang kepemimpinan ,adapun beberapa tujuan dari penulisan tugas ini ,yaitu :
           
1)      Untuk mengetahui pengertian seorang pemimpin .
2)      Memberikan pengetahuan tentang kepemimpinan dalam agama Hindu terutama dalam kitab Menawa Dharmaçastra .
3)      Mengetahui tugas dan kewajuban seorang pemimpin .
4)      Untuk mengetahui kedudukan pemimpin .
5)      Memberikan bimbingan kepada generasi muda dalam membentuk karakter pemimpin yang baik.














BAB II
PEMBAHASAN

II.A Pengertian Pemimpin dan Kepemimpinan
           
Istilah kepemimpinan berasal dari kata dasar pimpin yang artinya  bimbing atau tuntun. Dari kata pimpin lahirlah kata kerja memimpin yang artinya memimpin atau menuntun, dan terbentuklah kata benda pemimpin yaitu orang yang berfungsi memimpin, atau orang membimbing atau menuntun. Dalam kehidupan sehari-hari munculah berbagai macam pemahaman tentang kata kepemimpinan, seperti kepemimpinan adalah tindakan-tindakan pemimpin, menurut tugas, dan fungsi pokoknya. Kepemimpinan merupakan seni untuk mempengaruhi tingkah laku orang atau manusia dan kemampuan untuk membingbing orang-orang. Kepemimpinan adalah suatu system mengkoordinasikan, kemampuan untuk mengadakan perencanaan, kemampuan menggerakan dan mengadakan pengawasan.
            Dalam buku kepemimpinan   dijelaskan juga seorang pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kemampuan untuk menggerakan orang lain untuk mencapai tujuan tertentu atau bersama. Dan kepemimpinan adalah keseluruhan aktivitas/tindakan untuk mempengaruhi serta menggiatkan orang dalam usaha bersama untuk mecapai tujuan.
            Seorang pemimpin formal atau informal melaksakan kepemimpinannya yang berbeda-beda derajat, bobot daerah jangkauan sasaran yang hendak diwujudkan. Tetapi sesuatu yang pasti adalah pemimpin dan kepemimpinan selalau dikaitkan dengan tujuan yang hendak dicapai, sebab pemimpin tanpa tujuan tidak ada artinya.
Selain terikat dengan tujuan yang hendak dicapai, maka kepemimpinan tidak dapat dilepaskan dengan masyarakat yang dipimpin. Tanpa masyarakat seorang pemimpin tidak mempunyai fungsi, kelahirannya tidak mempunyai arti. Sudah menjadi tugas seorang pemimpin untuk mengetahui apa yang benar-benar yang menjadi keinginan dan harapan masyarakat yang dipimpinnya. Mereka harus mampu mengadakan pendekatan yang menyentuh akal dan menyentuh hati masyarakatnya. Sebab dengan pendekatan yang demikian seorang pemimpin akan mampu merebut simpati masyarakat yang dipimpinnya. Hal itu memberikan bobot kepada kepemimpinnya dan sekaligus mempermudah memberikan motivasi yang kuat dan meyakinkan masyarakatnya untuk berbuat.
            Kepemimpinan seorang pemimpin diharapkan mampu mengilhami masyarakatnya dan sekaligus memberikan daya gerak yang kuat untuk mencapai tujuan.
            Pada zaman modern ini dimana ilmu dan teknologi berkembang pesat, menuntut kepemimpinan yang cocok untuk menjawab tantangan zaman. Kepemimpinan modern yang demikian dapat diartikan sebagai kepemimpinan yang mutakhir yaitu kepemimpinan yang menerapkan pengetahuan ilmiah dan keterampilan teknis untuk menggerakan masyarakat atau bangsa yang dipimpinnya, agar dapat berkembang menuju cita-citanya dalam dunia teknologi yang maju. Atau dengan kata lain kepemimpinan modern merupakan kepemimpinan yang menerapkan pengetahuan ilmiah dan teknologi maju. Disini unsur-unsur rationalitas dan efisiensi merupakan ciri-ciri yang pokok dengan tidak mengabaikan pentingnya pendekatan manusiawi, karena yang dipimpin adalah manusia.
            Dalam zaman modern seperti sekarang ini diperlukan kepemimpinan yang mampu melahirkan gagasan-gagasan pembaharuan, dan mampu melahirkan karya-karya yang bermaanfaat untuk mewujudkan cita-cita masyarakatnya dengan menggerahkan segenap sumber yang ada secara efektif dan efisien.

II.B  Kitab Menawa Dharmaҫastra
            Kitab Menawa Dharmaҫastra merupakan salah satu kitab terjemahan yang paling penting  dari sluruh terjemahan. Menawa dharmaҫastra adalah sebuah kitab Dharma yang dihimpun dalam bentuk sistematis oleh Bhagawan Bhrigu, yang merupakan salah satu penganut Manu. Seluruh ajaran yang ada dalam kitab menawa Dharmaҫastra  dianggap memuat ajaran Bhagawan Manu yang diturun kepada Bhagawan Bhrigu yang merupakan salah satu dari Sapta Maha Resi.
            Kitab Menawa Dharmaҫastra dianggap paling penting dan menarik dari kitab-kitab sastra yang memut ajaran agama Hindu dan dikenal sebagai salah satu kitab Wedangga, yaitu kitab Weda yang merupakan batang tubuh dari Weda. Menawa Dharmaҫastra merupakan salah satu dari Sad Wedangga (enam batang tubuh Weda) dan mempunyai kedudukan penting dalam masyarakat hindu. Adapun keenam batang tubuh tersebut yaitu Ciksa, Wyakarana, Chanda, Nirukta, Jyotisa, dan Kalpa.
            Kitab Kalpa merupakan bagian yang terpenting dalam Sad Wedangga yang mempunyai hubungan yang sangat erat dengan kitab Menawa Dharmaҫastra, yang dimana kitab ini berasal dari kitab Brahmana Samhita. Kitab ini terdiri dari empat bagian yaitu :
a)      Srauta Sutra (membahas upacara besar)
b)      Grihya Sutra (membahas orang yang berumah tangga)
c)      Dharma Sutra (membahas pemerintahan)
d)     Sulwa Sutra (membahas tentang bangunan-bangunan agama).
Kitab Menawa Dharmaҫastra terdiri dari dua belas bab atau adhyaya, dalam setiap bab menjelaskan ajaran-ajaran dalam hidup. Dalam kedua belas bab atau adhyaya tersebut bab ketuju merupakan bagian kedua terpenting sebelum bab ke-VIII yang membahas tentang hukum, perdata dan pidana. Bab ke-VII membahas tentang kepemimpinan yang meliputi berbagai peraturan kenegaraan seperti misalnya :
a)      Unsur bagian negara menurut Hindu
b)      Sifat-sifat raja yang merupakan pola ajaran Astabrata.
c)      Fungsi raja sebagai kepala negara.
d)     Jenis politik yang boleh di anut oleh pemimpin dalam melaksanakan sistem pemerintahan.
e)      Jenis hukum dan pertimbangan terhadap pelanggaran hukum.
f)       Ketentuan mengenai hal-hal yang mempengaruhi pertumbuhan jiwa dan keamanan negara dan pembinaan masyarakat sesuai dengan ajaran agama.
g)      Ketentuan-ketentuan hukum yang memberi kedudukan kepada raja dalam melaksanakan hukum itu sendiri.
h)      Dalam Bab VII ayat 63 juga dijelaskan tentang duta besar serta tugas-tugas dan fungsinya.
i)        Bab VII ayat 78 menjelaskan tentang kewajiban seorang pemimpin .
j)        Ketentuan mengenai tata tertib perang dan yang terakhir membahas mengenai tata cara hidup seorang pemimpin.
Demikian penjelasan tentang Bab VII kitab Menawa Dharmaҫastra yang menjelaskan tentang kepemimpinan, yang mempunyai hubungan yangh sangat erat dengan kehidupan masa kini.

II.C Kepemimpinan Menurut Kitab Menawa Dharmaçastra

            Dalam kitab menawa Dharmaçastra   kepemimpinan menjadi salah satu bagian yang penting, terutama dalam bab VII, dalam bab ini dijelaskan siapa dan bagaimana seorang pemimpin itu, dalam Menawa Dharmaçastra  disebutkan  sesungguhnya setiap orang adalah pemimpin, paling tidak mereka adalah pemimpin bagi dirinya sendiri, seperti yang dijelaskan melalui  bab VII sl
“Sweswe dharma niwistanam sarwe samapurwaca,
Warnanan macramanamca raja srsto bhiraksita”.
Artinya :
            Raja telah diciptakan untuk melindungi warna dan aturannya yang semua itu menuntut tingkat kedudukan mereka melaksanakan tugas-tugas kewajiban mereka.
            Jadi dalam sloka diatas dapat kita ambil kesimpulan bahwa seorang pemimpin ada untuk menjaga, melindungi dan menegakan hukum yang telah ada, seorang pemimpin juga harus melaksakan tugas atau kewajiban-kewajiban sebagai seorang pemimpin . Adapun tugas-tugas yang harus dilaksanakan oleh pemimpin yaitu :
1. Mengatur masyarakat yang dipimpinnya
2. Saling memberikan imformasi antara pemimpin dengan rakyat
3. Memberikan dukungan kepada masyarakat
4. mempertimbangkan suatu tindakan yang berhubungan dengan rakyat
5. Menjalankan segala aturan yang telah dibuat, dan masih banyak lagi yang tugas lainnya .
           
Seorang pemimpin diharuskan memiliki kelebihan-kelebihan dari masyarakat yang dipimpinnya, pemimpin harus mampu menunjukan sifat-sifat kedewataan yang cemerlang atau bersinar, memiliki kebajikan dan  kekuasaan, adapun sifat-sifat itu disebutkan dalam kitab Menawa Dharmaçastra  yaitu ;

                                    “Indranilayamarkanam agneçca warunasya ca
                                     Candrawitteçayoçcaiwa matra nirhrtya çaçwatih”
                                                                  (Menawa Dharmaçastra, VII.32)

Artinya :
            Untuk memenuhi magsud tujuan itu (raja) harus memiliki sifat-sifat partikel yang kekal dari pada dewa Indra, Wayu,Yama, Surya, Agni, Waruna, Candra dan Kubera .

            Dalam sloka tersebut, pemimpin sangat diharapkan memiliki sfat-sifat dewa seperti yang disebutkan diatas, semua sifat dan sikap itu sesuai dengan ajaran Astabrata yaitu delapan landasan sikaf mental bagi seorang pemimpin, adapun bagian-bagianya antara lain :
1.      Indra Brata (dewa hujan) yaitu pemimpin hendaknya memberikan kemakmuran bagi rakyatnya .
2.      Yama Brata yaitu adil dalam menegakan hukum .
3.      Surya Brata yaitu pemimpin mampu memberikan penerangan kepada rakyatnya .
4.      Candra Brata yaitu pemimpin hendaknya selalu tenang.
5.      Bayu Brata yaitu pemimpin hendaknya mengetahui kondisi seluruh rakyatnya .
6.      Kuwera atau Danadha Brata yaitu pimpinan harus bijaksana dalam menggunakan uang .
7.      Waruna Brata  yaitu pemimpin hendaknya mampu membasmi seluruh penyakit atau penderitaan rakyatnya .
8.      Agni Brata yaitu pemimpin harus mempunyai sifat kesatria dan semangat yang tinggi.
Selain sloka diatas juga disebutkan tentang sifat seorang pemimpin, dalam sloka berikut:
“Yusmadesam surendranam matrabhyo nirmito nrpah, asmadhi bhawatyesa sarwabhutani tejasa”
                                                                        (Menawa Dharmaçastra, VII.5)
Artinya:
            Karena pemimpin (raja) memiliki sifat-sifat dewata dari dewa-dewa, karena itu pula sifatnya melebihi kecemerlangan mahkluk-mahkluk lainnya.

Seorang pemimpin (raja) hendaknya memiliki sifat yang cemerlang atau sinar cahaya. Kecemerlangan merupakan terjemahan dari kata tejasa yang dimaksudkan sebagai simbolis kebjikan dan kekuasan atau “wirya” . Kebajikan atau kekuasan dan wirya yang dimiliki oleh seseorang pemimpin itu hendaknya melebihi anggota masyarakat lainnya yang dipimpinnya.

Jadi pemimpin harus memiliki landasan tersebut agar tercipta kepemimpinan yang baik bagi masyarakat yang dipimpinnya.
Seorang pemimpin dalam melaksanakan kepemimpinannya tetapi mengabaikan dasar-dasar kewajiban dan tanggung jawab yang harus dilaksanakannya maka kegagalanpun akan ditemuinya. Kegagalan seorang pemimpin untuk melaksanakan dasar-dasar kewajibannya dan tanggung jawab yang diembannya sebagai wujud dari kewenangannya sudah tentu memiliki konsekuensi atau berakibat patal baik terhadap dirinya sebagai pemimpin maupun masyarakat yang dipimpinnya adapun penjelasan dalam kitab Menawa Dharmaçastra menyebutkan sebagai berikut:

                        “Dusyenyun sarwawarnacca bhidyeransarwasetawah,
                        Sarwalokaprakopasca bhawed dandasya wibhramat.
                                                                        (Manawa dharmaçastra, VII.24).
Artinya:
            Pemimpin (raja) yang memvonis hukuman dengan tepat akan bahagia dalam hal mencapai tiga (cara mencapai kebahagian), tetapi ia yang senang dengan nafsu jasmaniah, setengah-setengah dan menipu akan dimusnahkan, kendatipun melalui hukuman yang tidak adil ( dirasakan oleh si terhukum).

                        Merupakan kewajiban dari seorang pemimpin (ksatria) yang telah mendapatkan pengesahan untuk melindungi dan menata dunia ini sehingga seluruh kehidupan menjadi baik. Pemimpin memiliki kewajiban untuk melindungi dunia ini dari kehancuran, sebagaimana dijelaskan dalam sloka berikut ini:

“Brahman praptena samskaram ksatriyena yatha widhi, sarwasyasya
Yathanyanyam kartawyam pariraksanam”
                                                                                    ( Manawa Dharmaçastra, VII.2)

Artinya:
Pemimpin  yang telah menerima sakramen menurut weda, berkewajiban melindungi seluruh dunia sebaik-baiknya.
            Kedudukan seorang pemimpin bagi masyarakat sangatlah penting ,kerana seorang pemimpin mempinyai peranan yang sangat berarti baik untuk melindungi maupun mengarahkan masyarakat yang dipimpinnya agar mempunyai tujuan yang jelas dan terhindar dari rasa takut ,semua itu juga dijelaskan dalam sloka berikut :

“Arajake hi loke’ smin sarwato widrutebhayat, raksarthamasya
Sarwasya rajanamasrjat prabhuh”
(Manawa Dharmaçastra, VII.3)


Artinya:
Karena, kalau orang-orang ini tanpa raja akan terusir, tersebar keseluruh penjuru oleh rasa takut. Tuhan telah menciptakan raja untuk melindungi seluruh ciptan-Nya.
            Berdasarkan sloka diatas dapat dipahami bahwa Negara pemerintah (pemimpin) memiliki peran penting terhadap masyarakat yang dipimpinnya.


           
II.D Hubungan Kepemimpinan dalam Kitab Menawa Dharmaçastra dengan Negara.
            Dalam zaman modern seperti sekarang ini masyarakat bernegara   sangat membutuhkan seorang pemimpin untuk mengarahkan, membimbing dan membina masyarakat agar tercipta kehidupan yang lebih baik. Pemimpin memiliki kedudukan dan fungsi yang sangat penting. Keberhasilan suatu kepemimpinan dalam masyarakat banyak tergantung pada sikap pemimpinnya. Adapun kedudukan seorang pemimpin yaitu :
1) sebagai penentu kebijakan atau pengambil keputusan;
2) sebagai inovator yang selalu melahirkan ide-ide untuk menjalankan kegiatan-kegiatan .
3) sebagai ikon atau penanda arah kebijakan.
4) mengarahkan anggota
5) memberikan dukungan pada masyarakat
Dalam kepemimpinana seorang pemimpin dapat dibedakan menjadi beberapa tipe yaitu :
1) Demokratis
             Pemimpin yang memiliki tipe demokratis sangat terbuka kepada bawahannya. Pemimpin seperti ini sering meminta tanggapan atau masukan dari anggota dalam menjalankan roda organisasi.

2) Otoriter/Otokratis
             Berbeda dengan demokratis, pemimpin yang memiliki tipe kepemimpinan otoriter/otokratis tidak suka meminta atau menerima saran dari bawahannya. Pemimpin seperti ini sering mengambil kebijakan tentang organisasi tanpa melibatkan anggota.


3) Liberal
             Tipe kepemimpinan liberal lebih terbuka dibanding dengan demokratis. Tipe kepemimpinan ini tidak hanya menerima masukan dari anggota (internal organisasi), tetapi juga menerima campur tangan pihak-pihak di luar organisasi.

           Dalam Negara Indonesia seorang pemimpin yang biasa disebut Presiden harus memiliki tipe demokrasi ,dimana presiden memegang kekuasaan namun harus tunduk pada undang-undang  dan rakyat serta selalu mau terbuka dengan rakyat ,ini dijelaskan dalam Undang-undang Dasar pada pasal 4 ayat 1 ,yang menyatakan “ presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan menurut Undang-Udang Dasar”
            juga disebutkan dalam pasal 10 yang menyatakan “Presiden memegang kekuasaan yang tertinggi atas Angkatan Darat, Angkatan Laut dan Angkatan Udara”,jadi meskipun pemimpin memegang kekuasaan ,pemimpin harus tetap tunduk pada aturan yang ada .
            Seorang pemimipin harus bersikap bijaksana dan tegas dalam menyelesaikan semua permaslahan yang ada dalam masyarakan , agar pemimpin dapat menjalankan pemerintahan dengan baik , maka soerang pemimpin harus membuat dan berhak dalam pembuatan aturan –aturan ,hal ini juga dijelaskan dalam Undang-Undang Dasar pada pasal 5 ayat 2 yang berbunyi “ Presiden menetapkan peraturan pemerintah untuk menjalankan undang-undang sebagaimana mestinya”.
Seluruh pengertian ,tugas,kewajiban,dan kedudukan yang disebutkan diatas  mempunyai hubungan yang sangat erat dengan penjelasan kepemimpinan dalam kitab Menawa Dharmaçastra pada bab VII,yang merupakan bagian kedua yang terpenting dari kitab Manusmrti. Adapun bagian bab VII ini meliputi berbagai peraturan kenegaraan seperti:
a)      Unsur pengertian Negara menurut hukum Hindu.
b)      Sifat-sifat raja yang merupakan pola ajaran astabrata dan hal-hal yang harus dilakukan sebagai raja,dimana dalam hal ini dikaitkan dengan kewajiban sebagai seorang pemimpin ,baik itu melindungi,mensejahterakan,membimbing atau mengarahkan rakyatnya .
c)      Fungsi raja sebagai kepala Negara atau kepala pemerintahan.
d)     Jenis politik yang layak dianut oleh kepala Negara dalam melaksanakan pemerintahan Negara.
e)      Jenis hukuman dan cara mempertimbangkannya terhadap pelanggar hukum pelaku pidana dan lain-lain ketentuan pemidanaan.
f)       Ketentuan mengenai hal-hal yang mempengaruhi pertumbuhan jiwa manusia dan keamanan Negara dan ketentuan-ketentuan mengenai hal-hal yang harus dijauhkan agar dapat dilakukan pembinaan masyarakat yang sesua menurut ajaran agama.
g)      Ketentuan-ketentuan hukum yang meberi alasan yang member kedudukan kepada raja untuk memaksakan hukum dan mengenai pajak-pajak Negara yang harus dikenakan kepada penduduk Negara. Ketentuan pajak-pajak itu meliputi juga tentang besar pajak yang boleh dikenakan dengan ketentuan batas maksimum dan sifat-sifat pejabat pajak Negara.
h)      Di pasal 78 Bab VII ditetapkan pula ketentuan mengenai kewajiban Kepala Negara untuk mengangkat pejabat-pejabat agama, baik sebagai Pendeta atau purohita Negara ataupun dengan fungsi lainnya. Yang terpenting diperhtikan tenteng fungsi dan kedudukan Pendeta Negara itu ialah kedudukannya yang dipersamakan Negara materi-materi Negara. Hubungan raja dengan pemuka-pemuka agama digariskan dengan egas mulai pasal 78-88.
i)        Ketentuan hukum mengenai tata tertib perang (Dharmayudha),seperti yang dijelaskan  dalan pasal 11 yang menyebutkan “Presiden dengan persetujuan dewan Perwakilan Rakyat menyatakan perang ,membuat perdamaian dan perjanjian dengan Negara lain.

BAB III
PENUTUP
III.A  Kesimpulan
Kata pemimpin, kepemimpinan serta kekuasaan memiliki keterikatan yang tak dapat dipisahkan. Karena untuk menjadi pemimpin bukan hanya berdasarkan suka satu sama lainnya, tetapi banyak faktor. Pemimpin yang berhasil hendaknya memiliki beberapa kriteria yang tergantung pada sudut pandang atau pendekatan yang digunakan, apakah itu kepribadiannya, keterampilan, bakat, sifat – sifatnya, atau kewenangannya yang dimiliki yang mana nantinya sangat berpengaruh terhadap teori maupun gaya kepemimpinan yang akan diterapkan.
Rahasia utama kepemimpinan adalah kekuatan terbesar seorang pemimpin bukan dari kekuasaanya, bukan kecerdasannya, tapi dari kekuatan pribadinya. Seorang pemimpin sejati selalu bekerja keras memperbaiki dirinya sebelum sibuk memperbaiki orang lain atau memimpin orang lain.
Pemimpin bukan sekedar gelar atau jabatan yang diberikan dari luar melainkan sesuatu yang tumbuh dan berkembang dari dalam diri seseorang. Kepemimpinan lahir dari proses internal .

III.B Saran
Sangat diperlukan sekali jiwa kepemimpinan pada setiap pribadi manusia. Jiwa kepemimpinan itu perlu selalu dipupuk dan dikembangkan. Paling tidak untuk memimpin diri sendiri, kita dapat menggunakan kitab Menawa Dharmaçastra sebagai landasan untuk menciptakan pemimpin masa depan yang memiliki sifat dan sikap kedewataan .
Jika saja Indonesia memiliki pemimpin yang sangat tangguh tentu akan menjadi luar biasa. Karena jatuh bangun kita tergantung pada pemimpin. Pemimpin memimpin, pengikut mengikuti. Jika pemimpin sudah tidak bisa memimpin dengan baik, cirinya adalah pengikut tidak mau lagi mengikuti. Oleh karena itu kualitas kita tergantung kualitas pemimpin kita. Makin kuat yang memimpin maka makin kuat pula yang dipimpin.


















DAFTAR PUSTAKA

Jendra ,Wayan (2001). Wejangan Sai Baba Tentang Kepemimpinan . Jakarta : Yayasan Sri Sahtya Sai Baba Indonesia.
Puja,Gede & Tjokorda Rai (2002). Menawa Dharmaçastra . Jakarta : CV.Felita Nursatama Lestari
Kade,Bagus, dkk  (1995).Buku Pelajaran Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Atas.Jakarta:Hanuman Sakti.
Sudirga, Ida Bagus,dkk (2004). Widya Dharma Agama Hindu.Denpasar: Ganeca Exact.
Tim Penyusun (1996) . Agama Hindu untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:                                                            Hanuman Sakti







1 komentar:

  1. kalau jaman duli kala, Raja adalah sebagai pemimpin dan sekaligus dianggap sebagai wakil dari Tuhan untuk mengayomi rakyatnya, nah kalau sekarang pemimpin bagaikan sebuah ajang yg perlu di perebutkan

    BalasHapus