BAB I
Pendahuluan
I.A Latar Belakang
Dalam
kehidupan zaman Kaliyuga seperti sekarang ini, tindakan manusia semakin tidak
terarah dan tidak memiliki tujuan yang jelas, sehingga sering terjadi
penyimpangan-penyimpangan dalam aturan-aturan atau undang-undang, untuk
mengatasi semua masalah tersebut sangat diperlukan seorang pemimpin, untuk
mengarahkan masyarakat agar bertindak kearah yang benar.
Pemimpin
adalah orang yang bertugas untuk membimbing dan mengarahkan masyarakat yang
dipimpinnya, seorang pemimpin mempunyai tugas yang sangat berat dalam
mengarahkan masyarakat yang dipimpinnya, jadi seorang pemimpin harus mempunyai
kelebihan dibandingkan dengan orang lain.
Negara
kita saat ini sangat membutuhkan seorang
pemimpin yang memiliki karakter yang baik dalam segala bidang, kerena
kalau kita lihat banyak pemimpin sekarang tidak memberikan contoh yang baik
kepada masyarakat, misalnya saja kita bisa ambil contoh banyaknya pemimpin yang
korupsi, hal ini sudah tentu merusak makna pemimpin yang baik bagi masyarakat,
bagaimana seorang pemimpin mampu menjadikan masyarakatnya baik ,jika
pemimpinnya sendiri tidak baik?
Pemimpin
yang baik adalah pemimpin yang mampu menjalankan semua tugas dan kewajibanya
sebagai pemimpin dan mampu mengarahkan masyarakat yang dipimpinnya . dalam
paper ini penulis akan menjelaskan beberapa hal tentang kepemimpinan menurut
kitab suci Menawa Dharmaçastra, dimana dalam kitab ini dijelaskan
kewajiban-kewajiban pemimpin dan siapa sebenarnya pemimpin itu.
Semoga
dengan selesainya tugas ini kita dapat memaknai arti dari kepemimpinan ,dan
mampu mengaplikasikanya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara serta dapat
melahirkan pemimpin yang memilki karakter yang baik ,dalam membimbing
masyarakat menuju kehidupan yang lebih baik .
B. Rumusan
Masalah
Melihat banyaknya permasalahan yang
terjadi di Negara kita terutama permasalahan pemimpin , kami ingin menjelaskan
tentang beberapa hal mengenai kepemimpinan ,yaitu :
1) Apakah
pengertian pemimpin dan kepemimpinan?
2) Apakah
kitab Menawa Dharmaҫastra?
3) Bagaimanakah
kepemimpinan dalam kitab Menawa Dharmaçastra?
4) Apa
hubungan kepemimpinan dalam kitab Menawa
Dharmaçastra dengan kewarganegaraan?
C. Tujuan
Penulisan tugas ini tentu tidak lain ingin menjelaskan
beberapa hal tentang kepemimpinan ,adapun beberapa tujuan dari penulisan tugas
ini ,yaitu :
1) Untuk
mengetahui pengertian seorang pemimpin .
2) Memberikan
pengetahuan tentang kepemimpinan dalam agama Hindu terutama dalam kitab Menawa
Dharmaçastra .
3) Mengetahui
tugas dan kewajuban seorang pemimpin .
4) Untuk
mengetahui kedudukan pemimpin .
5)
Memberikan
bimbingan kepada generasi muda dalam membentuk karakter pemimpin yang baik.
BAB II
PEMBAHASAN
II.A
Pengertian Pemimpin dan Kepemimpinan
Istilah kepemimpinan berasal dari
kata dasar pimpin yang artinya bimbing
atau tuntun. Dari kata pimpin lahirlah kata kerja memimpin yang artinya
memimpin atau menuntun, dan terbentuklah kata benda pemimpin yaitu orang yang
berfungsi memimpin, atau orang membimbing atau menuntun. Dalam kehidupan
sehari-hari munculah berbagai macam pemahaman tentang kata kepemimpinan,
seperti kepemimpinan adalah tindakan-tindakan pemimpin, menurut tugas, dan
fungsi pokoknya. Kepemimpinan merupakan seni untuk mempengaruhi tingkah laku
orang atau manusia dan kemampuan untuk membingbing orang-orang. Kepemimpinan
adalah suatu system mengkoordinasikan, kemampuan untuk mengadakan perencanaan,
kemampuan menggerakan dan mengadakan pengawasan.
Dalam
buku kepemimpinan dijelaskan juga
seorang pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kemampuan untuk
menggerakan orang lain untuk mencapai tujuan tertentu atau bersama. Dan
kepemimpinan adalah keseluruhan aktivitas/tindakan untuk mempengaruhi serta
menggiatkan orang dalam usaha bersama untuk mecapai tujuan.
Seorang
pemimpin formal atau informal melaksakan kepemimpinannya yang berbeda-beda
derajat, bobot daerah jangkauan sasaran yang hendak diwujudkan. Tetapi sesuatu
yang pasti adalah pemimpin dan kepemimpinan selalau dikaitkan dengan tujuan
yang hendak dicapai, sebab pemimpin tanpa tujuan tidak ada artinya.
Selain terikat dengan tujuan yang
hendak dicapai, maka kepemimpinan tidak dapat dilepaskan dengan masyarakat yang
dipimpin. Tanpa masyarakat seorang pemimpin tidak mempunyai fungsi,
kelahirannya tidak mempunyai arti. Sudah menjadi tugas seorang pemimpin untuk
mengetahui apa yang benar-benar yang menjadi keinginan dan harapan masyarakat
yang dipimpinnya. Mereka harus mampu mengadakan pendekatan yang menyentuh akal
dan menyentuh hati masyarakatnya. Sebab dengan pendekatan yang demikian seorang
pemimpin akan mampu merebut simpati masyarakat yang dipimpinnya. Hal itu
memberikan bobot kepada kepemimpinnya dan sekaligus mempermudah memberikan
motivasi yang kuat dan meyakinkan masyarakatnya untuk berbuat.
Kepemimpinan
seorang pemimpin diharapkan mampu mengilhami masyarakatnya dan sekaligus
memberikan daya gerak yang kuat untuk mencapai tujuan.
Pada
zaman modern ini dimana ilmu dan teknologi berkembang pesat, menuntut
kepemimpinan yang cocok untuk menjawab tantangan zaman. Kepemimpinan modern
yang demikian dapat diartikan sebagai kepemimpinan yang mutakhir yaitu
kepemimpinan yang menerapkan pengetahuan ilmiah dan keterampilan teknis untuk
menggerakan masyarakat atau bangsa yang dipimpinnya, agar dapat berkembang
menuju cita-citanya dalam dunia teknologi yang maju. Atau dengan kata lain
kepemimpinan modern merupakan kepemimpinan yang menerapkan pengetahuan ilmiah
dan teknologi maju. Disini unsur-unsur rationalitas dan efisiensi merupakan ciri-ciri
yang pokok dengan tidak mengabaikan pentingnya pendekatan manusiawi, karena
yang dipimpin adalah manusia.
Dalam
zaman modern seperti sekarang ini diperlukan kepemimpinan yang mampu melahirkan
gagasan-gagasan pembaharuan, dan mampu melahirkan karya-karya yang bermaanfaat
untuk mewujudkan cita-cita masyarakatnya dengan menggerahkan segenap sumber
yang ada secara efektif dan efisien.
II.B Kitab Menawa Dharmaҫastra
Kitab
Menawa Dharmaҫastra merupakan salah satu kitab terjemahan yang paling
penting dari sluruh terjemahan. Menawa
dharmaҫastra adalah sebuah kitab Dharma yang dihimpun dalam bentuk sistematis
oleh Bhagawan Bhrigu, yang merupakan salah satu penganut Manu. Seluruh ajaran
yang ada dalam kitab menawa Dharmaҫastra
dianggap memuat ajaran Bhagawan Manu yang diturun kepada Bhagawan Bhrigu
yang merupakan salah satu dari Sapta Maha Resi.
Kitab
Menawa Dharmaҫastra dianggap paling penting dan menarik dari kitab-kitab sastra
yang memut ajaran agama Hindu dan dikenal sebagai salah satu kitab Wedangga,
yaitu kitab Weda yang merupakan batang tubuh dari Weda. Menawa Dharmaҫastra
merupakan salah satu dari Sad Wedangga (enam batang tubuh Weda) dan mempunyai
kedudukan penting dalam masyarakat hindu. Adapun keenam batang tubuh tersebut
yaitu Ciksa, Wyakarana, Chanda, Nirukta, Jyotisa, dan Kalpa.
Kitab
Kalpa merupakan bagian yang terpenting dalam Sad Wedangga yang mempunyai
hubungan yang sangat erat dengan kitab Menawa Dharmaҫastra, yang dimana kitab
ini berasal dari kitab Brahmana Samhita. Kitab ini terdiri dari empat bagian
yaitu :
a)
Srauta Sutra
(membahas upacara besar)
b)
Grihya Sutra
(membahas orang yang berumah tangga)
c)
Dharma Sutra
(membahas pemerintahan)
d)
Sulwa Sutra
(membahas tentang bangunan-bangunan agama).
Kitab Menawa Dharmaҫastra terdiri dari dua belas bab
atau adhyaya, dalam setiap bab menjelaskan ajaran-ajaran dalam hidup. Dalam
kedua belas bab atau adhyaya tersebut bab ketuju merupakan bagian kedua
terpenting sebelum bab ke-VIII yang membahas tentang hukum, perdata dan pidana.
Bab ke-VII membahas tentang kepemimpinan yang meliputi berbagai peraturan
kenegaraan seperti misalnya :
a)
Unsur bagian
negara menurut Hindu
b)
Sifat-sifat raja
yang merupakan pola ajaran Astabrata.
c)
Fungsi raja
sebagai kepala negara.
d)
Jenis politik
yang boleh di anut oleh pemimpin dalam melaksanakan sistem pemerintahan.
e)
Jenis hukum dan
pertimbangan terhadap pelanggaran hukum.
f)
Ketentuan
mengenai hal-hal yang mempengaruhi pertumbuhan jiwa dan keamanan negara dan
pembinaan masyarakat sesuai dengan ajaran agama.
g)
Ketentuan-ketentuan
hukum yang memberi kedudukan kepada raja dalam melaksanakan hukum itu sendiri.
h)
Dalam Bab VII
ayat 63 juga dijelaskan tentang duta besar serta tugas-tugas dan fungsinya.
i)
Bab VII ayat 78
menjelaskan tentang kewajiban seorang pemimpin .
j)
Ketentuan
mengenai tata tertib perang dan yang terakhir membahas mengenai tata cara hidup
seorang pemimpin.
Demikian penjelasan
tentang Bab VII kitab Menawa Dharmaҫastra yang menjelaskan tentang
kepemimpinan, yang mempunyai hubungan yangh sangat erat dengan kehidupan masa
kini.
II.C Kepemimpinan
Menurut Kitab Menawa Dharmaçastra
Dalam
kitab menawa Dharmaçastra kepemimpinan
menjadi salah satu bagian yang penting, terutama dalam bab VII, dalam bab ini
dijelaskan siapa dan bagaimana seorang pemimpin itu, dalam Menawa Dharmaçastra disebutkan
sesungguhnya setiap orang adalah pemimpin, paling tidak mereka adalah
pemimpin bagi dirinya sendiri, seperti yang dijelaskan melalui bab VII sl
“Sweswe dharma niwistanam sarwe
samapurwaca,
Warnanan macramanamca raja srsto
bhiraksita”.
Artinya
:
Raja
telah diciptakan untuk melindungi warna dan aturannya yang semua itu menuntut
tingkat kedudukan mereka melaksanakan tugas-tugas kewajiban mereka.
Jadi
dalam sloka diatas dapat kita ambil kesimpulan bahwa seorang pemimpin ada untuk
menjaga, melindungi dan menegakan hukum yang telah ada, seorang pemimpin juga
harus melaksakan tugas atau kewajiban-kewajiban sebagai seorang pemimpin .
Adapun tugas-tugas yang harus dilaksanakan oleh pemimpin yaitu :
1. Mengatur masyarakat yang dipimpinnya
2. Saling memberikan imformasi antara pemimpin
dengan rakyat
3. Memberikan dukungan kepada masyarakat
4. mempertimbangkan suatu tindakan yang berhubungan
dengan rakyat
5. Menjalankan segala aturan yang telah dibuat, dan
masih banyak lagi yang tugas lainnya .
Seorang pemimpin diharuskan
memiliki kelebihan-kelebihan dari masyarakat yang dipimpinnya, pemimpin harus
mampu menunjukan sifat-sifat kedewataan yang cemerlang atau bersinar, memiliki
kebajikan dan kekuasaan, adapun sifat-sifat
itu disebutkan dalam kitab Menawa Dharmaçastra
yaitu ;
“Indranilayamarkanam
agneçca warunasya ca
Candrawitteçayoçcaiwa matra nirhrtya çaçwatih”
(Menawa
Dharmaçastra, VII.32)
Artinya
:
Untuk
memenuhi magsud tujuan itu (raja) harus memiliki sifat-sifat partikel yang
kekal dari pada dewa Indra, Wayu,Yama, Surya, Agni, Waruna, Candra dan Kubera .
Dalam
sloka tersebut, pemimpin sangat diharapkan memiliki sfat-sifat dewa seperti
yang disebutkan diatas, semua sifat dan sikap itu sesuai dengan ajaran
Astabrata yaitu delapan landasan sikaf mental bagi seorang pemimpin, adapun
bagian-bagianya antara lain :
1. Indra
Brata (dewa hujan) yaitu pemimpin hendaknya memberikan kemakmuran bagi
rakyatnya .
2. Yama
Brata yaitu adil dalam menegakan hukum .
3. Surya
Brata yaitu pemimpin mampu memberikan penerangan kepada rakyatnya .
4. Candra
Brata yaitu pemimpin hendaknya selalu tenang.
5. Bayu
Brata yaitu pemimpin hendaknya mengetahui kondisi seluruh rakyatnya .
6. Kuwera
atau Danadha Brata yaitu pimpinan harus bijaksana dalam menggunakan uang .
7. Waruna
Brata yaitu pemimpin hendaknya mampu
membasmi seluruh penyakit atau penderitaan rakyatnya .
8. Agni
Brata yaitu pemimpin harus mempunyai sifat kesatria dan semangat yang tinggi.
Selain sloka diatas juga disebutkan tentang sifat
seorang pemimpin, dalam sloka berikut:
“Yusmadesam
surendranam matrabhyo nirmito nrpah, asmadhi bhawatyesa sarwabhutani tejasa”
(Menawa
Dharmaçastra, VII.5)
Artinya:
Karena
pemimpin (raja) memiliki sifat-sifat dewata dari dewa-dewa, karena itu pula
sifatnya melebihi kecemerlangan mahkluk-mahkluk lainnya.
Seorang pemimpin (raja) hendaknya memiliki sifat
yang cemerlang atau sinar cahaya. Kecemerlangan merupakan terjemahan dari kata
tejasa yang dimaksudkan sebagai simbolis kebjikan dan kekuasan atau “wirya” .
Kebajikan atau kekuasan dan wirya yang dimiliki oleh seseorang pemimpin itu
hendaknya melebihi anggota masyarakat lainnya yang dipimpinnya.
Jadi pemimpin harus memiliki
landasan tersebut agar tercipta kepemimpinan yang baik bagi masyarakat yang
dipimpinnya.
Seorang pemimpin dalam melaksanakan
kepemimpinannya tetapi mengabaikan dasar-dasar kewajiban dan tanggung jawab
yang harus dilaksanakannya maka kegagalanpun akan ditemuinya. Kegagalan seorang
pemimpin untuk melaksanakan dasar-dasar kewajibannya dan tanggung jawab yang
diembannya sebagai wujud dari kewenangannya sudah tentu memiliki konsekuensi
atau berakibat patal baik terhadap dirinya sebagai pemimpin maupun masyarakat
yang dipimpinnya adapun penjelasan dalam kitab Menawa Dharmaçastra menyebutkan
sebagai berikut:
“Dusyenyun sarwawarnacca
bhidyeransarwasetawah,
Sarwalokaprakopasca
bhawed dandasya wibhramat.
(Manawa
dharmaçastra, VII.24).
Artinya:
Pemimpin
(raja) yang memvonis hukuman dengan tepat akan bahagia dalam hal mencapai tiga
(cara mencapai kebahagian), tetapi ia yang senang dengan nafsu jasmaniah,
setengah-setengah dan menipu akan dimusnahkan, kendatipun melalui hukuman yang
tidak adil ( dirasakan oleh si terhukum).
Merupakan
kewajiban dari seorang pemimpin (ksatria) yang telah mendapatkan pengesahan
untuk melindungi dan menata dunia ini sehingga seluruh kehidupan menjadi baik.
Pemimpin memiliki kewajiban untuk melindungi dunia ini dari kehancuran,
sebagaimana dijelaskan dalam sloka berikut ini:
“Brahman praptena samskaram
ksatriyena yatha widhi, sarwasyasya
Yathanyanyam kartawyam
pariraksanam”
(
Manawa Dharmaçastra, VII.2)
Artinya:
Pemimpin yang telah menerima sakramen menurut weda,
berkewajiban melindungi seluruh dunia sebaik-baiknya.
Kedudukan
seorang pemimpin bagi masyarakat sangatlah penting ,kerana seorang pemimpin
mempinyai peranan yang sangat berarti baik untuk melindungi maupun mengarahkan
masyarakat yang dipimpinnya agar mempunyai tujuan yang jelas dan terhindar dari
rasa takut ,semua itu juga dijelaskan dalam sloka berikut :
“Arajake hi loke’ smin sarwato
widrutebhayat, raksarthamasya
Sarwasya rajanamasrjat prabhuh”
(Manawa Dharmaçastra, VII.3)
Artinya:
Karena, kalau orang-orang ini tanpa
raja akan terusir, tersebar keseluruh penjuru oleh rasa takut. Tuhan telah
menciptakan raja untuk melindungi seluruh ciptan-Nya.
Berdasarkan
sloka diatas dapat dipahami bahwa Negara pemerintah (pemimpin) memiliki peran penting
terhadap masyarakat yang dipimpinnya.
II.D Hubungan
Kepemimpinan dalam Kitab Menawa Dharmaçastra dengan Negara.
Dalam
zaman modern seperti sekarang ini masyarakat bernegara sangat membutuhkan seorang pemimpin untuk
mengarahkan, membimbing dan membina masyarakat agar tercipta kehidupan yang
lebih baik. Pemimpin
memiliki kedudukan dan fungsi yang sangat penting. Keberhasilan suatu
kepemimpinan dalam masyarakat banyak tergantung pada sikap pemimpinnya. Adapun
kedudukan seorang pemimpin yaitu :
1) sebagai
penentu kebijakan atau pengambil keputusan;
2) sebagai inovator yang selalu melahirkan ide-ide untuk menjalankan kegiatan-kegiatan .
3) sebagai ikon atau penanda arah kebijakan.
2) sebagai inovator yang selalu melahirkan ide-ide untuk menjalankan kegiatan-kegiatan .
3) sebagai ikon atau penanda arah kebijakan.
4)
mengarahkan anggota
5) memberikan dukungan pada masyarakat
5) memberikan dukungan pada masyarakat
Dalam kepemimpinana seorang pemimpin dapat dibedakan
menjadi beberapa tipe yaitu :
1)
Demokratis
Pemimpin yang memiliki tipe demokratis sangat terbuka kepada bawahannya. Pemimpin seperti ini sering meminta tanggapan atau masukan dari anggota dalam menjalankan roda organisasi.
Pemimpin yang memiliki tipe demokratis sangat terbuka kepada bawahannya. Pemimpin seperti ini sering meminta tanggapan atau masukan dari anggota dalam menjalankan roda organisasi.
2) Otoriter/Otokratis
Berbeda dengan demokratis, pemimpin yang memiliki tipe kepemimpinan otoriter/otokratis tidak suka meminta atau menerima saran dari bawahannya. Pemimpin seperti ini sering mengambil kebijakan tentang organisasi tanpa melibatkan anggota.
3) Liberal
Tipe kepemimpinan liberal lebih terbuka dibanding dengan demokratis. Tipe kepemimpinan ini tidak hanya menerima masukan dari anggota (internal organisasi), tetapi juga menerima campur tangan pihak-pihak di luar organisasi.
Tipe kepemimpinan liberal lebih terbuka dibanding dengan demokratis. Tipe kepemimpinan ini tidak hanya menerima masukan dari anggota (internal organisasi), tetapi juga menerima campur tangan pihak-pihak di luar organisasi.
Dalam Negara Indonesia seorang pemimpin yang biasa disebut
Presiden harus memiliki tipe demokrasi ,dimana presiden memegang kekuasaan
namun harus tunduk pada undang-undang
dan rakyat serta selalu mau terbuka dengan rakyat ,ini dijelaskan dalam
Undang-undang Dasar pada pasal 4 ayat 1 ,yang menyatakan “ presiden Republik
Indonesia memegang kekuasaan menurut Undang-Udang Dasar”
juga disebutkan dalam pasal 10 yang menyatakan
“Presiden memegang kekuasaan yang tertinggi
atas Angkatan Darat, Angkatan Laut dan Angkatan Udara”,jadi
meskipun pemimpin memegang kekuasaan ,pemimpin harus tetap tunduk pada aturan
yang ada .
Seorang
pemimipin harus bersikap bijaksana dan tegas dalam menyelesaikan semua
permaslahan yang ada dalam masyarakan , agar pemimpin dapat menjalankan
pemerintahan dengan baik , maka soerang pemimpin harus membuat dan berhak dalam
pembuatan aturan –aturan ,hal ini juga dijelaskan dalam Undang-Undang Dasar
pada pasal 5 ayat 2 yang berbunyi “ Presiden menetapkan peraturan pemerintah
untuk menjalankan undang-undang sebagaimana mestinya”.
Seluruh pengertian ,tugas,kewajiban,dan kedudukan
yang disebutkan diatas mempunyai
hubungan yang sangat erat dengan penjelasan kepemimpinan dalam kitab Menawa
Dharmaçastra pada bab VII,yang merupakan bagian kedua yang terpenting dari
kitab Manusmrti. Adapun bagian bab VII ini meliputi berbagai peraturan
kenegaraan seperti:
a) Unsur
pengertian Negara menurut hukum Hindu.
b) Sifat-sifat
raja yang merupakan pola ajaran astabrata dan hal-hal yang harus dilakukan
sebagai raja,dimana dalam hal ini dikaitkan dengan kewajiban sebagai seorang
pemimpin ,baik itu melindungi,mensejahterakan,membimbing atau mengarahkan
rakyatnya .
c) Fungsi
raja sebagai kepala Negara atau kepala pemerintahan.
d) Jenis
politik yang layak dianut oleh kepala Negara dalam melaksanakan pemerintahan
Negara.
e) Jenis
hukuman dan cara mempertimbangkannya terhadap pelanggar hukum pelaku pidana dan
lain-lain ketentuan pemidanaan.
f) Ketentuan
mengenai hal-hal yang mempengaruhi pertumbuhan jiwa manusia dan keamanan Negara
dan ketentuan-ketentuan mengenai hal-hal yang harus dijauhkan agar dapat
dilakukan pembinaan masyarakat yang sesua menurut ajaran agama.
g) Ketentuan-ketentuan
hukum yang meberi alasan yang member kedudukan kepada raja untuk memaksakan
hukum dan mengenai pajak-pajak Negara yang harus dikenakan kepada penduduk
Negara. Ketentuan pajak-pajak itu meliputi juga tentang besar pajak yang boleh
dikenakan dengan ketentuan batas maksimum dan sifat-sifat pejabat pajak Negara.
h) Di
pasal 78 Bab VII ditetapkan pula ketentuan mengenai kewajiban Kepala Negara
untuk mengangkat pejabat-pejabat agama, baik sebagai Pendeta atau purohita
Negara ataupun dengan fungsi lainnya. Yang terpenting diperhtikan tenteng
fungsi dan kedudukan Pendeta Negara itu ialah kedudukannya yang dipersamakan
Negara materi-materi Negara. Hubungan raja dengan pemuka-pemuka agama
digariskan dengan egas mulai pasal 78-88.
i)
Ketentuan hukum mengenai tata tertib
perang (Dharmayudha),seperti yang dijelaskan
dalan pasal 11 yang menyebutkan “Presiden dengan persetujuan dewan
Perwakilan Rakyat menyatakan perang ,membuat perdamaian dan perjanjian dengan
Negara lain.
BAB III
PENUTUP
III.A Kesimpulan
Kata pemimpin,
kepemimpinan serta kekuasaan memiliki keterikatan yang tak dapat dipisahkan.
Karena untuk menjadi pemimpin bukan hanya berdasarkan suka satu sama lainnya,
tetapi banyak faktor. Pemimpin yang berhasil hendaknya memiliki beberapa
kriteria yang tergantung pada sudut pandang atau pendekatan yang digunakan,
apakah itu kepribadiannya, keterampilan, bakat, sifat – sifatnya, atau
kewenangannya yang dimiliki yang mana nantinya sangat berpengaruh terhadap
teori maupun gaya kepemimpinan yang akan diterapkan.
Rahasia utama
kepemimpinan adalah kekuatan terbesar seorang pemimpin bukan dari kekuasaanya,
bukan kecerdasannya, tapi dari kekuatan pribadinya. Seorang pemimpin sejati
selalu bekerja keras memperbaiki dirinya sebelum sibuk memperbaiki orang lain
atau memimpin orang lain.
Pemimpin bukan
sekedar gelar atau jabatan yang diberikan dari luar melainkan sesuatu yang
tumbuh dan berkembang dari dalam diri seseorang. Kepemimpinan lahir dari proses internal .
III.B Saran
Sangat
diperlukan sekali jiwa kepemimpinan pada setiap pribadi manusia. Jiwa
kepemimpinan itu perlu selalu dipupuk dan dikembangkan. Paling tidak untuk
memimpin diri sendiri, kita dapat menggunakan kitab Menawa Dharmaçastra sebagai
landasan untuk menciptakan pemimpin masa depan yang memiliki sifat dan sikap
kedewataan .
Jika saja
Indonesia memiliki pemimpin yang sangat tangguh tentu akan menjadi luar biasa.
Karena jatuh bangun kita tergantung pada pemimpin. Pemimpin memimpin, pengikut
mengikuti. Jika pemimpin sudah tidak bisa memimpin dengan baik, cirinya adalah
pengikut tidak mau lagi mengikuti. Oleh karena itu kualitas kita tergantung
kualitas pemimpin kita. Makin kuat yang memimpin maka makin kuat pula yang
dipimpin.
DAFTAR
PUSTAKA
Jendra ,Wayan (2001). Wejangan
Sai Baba Tentang Kepemimpinan . Jakarta : Yayasan Sri Sahtya Sai Baba
Indonesia.
Puja,Gede & Tjokorda Rai (2002). Menawa Dharmaçastra . Jakarta : CV.Felita Nursatama Lestari
Kade,Bagus, dkk
(1995).Buku Pelajaran Agama Hindu untuk Sekolah Menengah
Atas.Jakarta:Hanuman Sakti.
Sudirga, Ida Bagus,dkk (2004). Widya Dharma Agama Hindu.Denpasar: Ganeca Exact.
Tim Penyusun (1996) . Agama
Hindu untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:
Hanuman Sakti
kalau jaman duli kala, Raja adalah sebagai pemimpin dan sekaligus dianggap sebagai wakil dari Tuhan untuk mengayomi rakyatnya, nah kalau sekarang pemimpin bagaikan sebuah ajang yg perlu di perebutkan
BalasHapus