BAB
I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Negara Indonesia merupakan Negara
yang majemuk, yang terdiri dari berbagai suku, ras dan agama. Semua itu
menyebabkan sering terjadi berbagai persoalan, salah satu persoalan yang sering
terjadi di Indonesia yaitu pebedaan hak antara seseorang dengan orang yang
lainnya . Kemajemukan Indonesia ini
sangat rawan terhadap masalah yang seperti ini, mengingat Indonesia tidak hanya
majemuk dari segi budaya melainkan juga agama. Banyak perbedaan-perbedaan
manusia mulai dari fisik, ekonomi, budaya, ekonomi, dan politik. Dalam
perbedaan tersebut juga terdapat berbagai kepentingan, yaitu kelompok tertentu
yang memiliki pemikiran yang berbeda dengan kelompok lainnya.
Dari masalah yang timbul karena
sebab-sebab diatas maka mahatma Gandhi seorang tokoh besar di India memberikan
suatu pemikiran filsafatnya yaitu tentang etika. Gandhi menawarkan secara mendalam
bahwa perasaan tentang berbagai prasangka atas perbedaan dan prasangka akan
adanya kelompok yang dikorbankan dan dirugikan harus dituntaskan. Hal ini
merupakan tujuan dari Ahimsa atau nir-kekerasan. Jika dilihat dari beberapa konflik
yang terjadi di Indonesia, seakan-akan terjadi monopoli kebenaran oleh beberapa
kelompok masyarakat, entah itu dari ormas agama atau ormas umum. Seperti
misalnya beberapa persoalan yang baru-baru ini terjadi dimana sebuah organisasi
masyarakat yang besar dan mendapat pengakuan hak istimewa melakukan
tindakan-tindakan kekerasan terhadap kelompok yang lebih kecil.
Pemikiran Gandhi dapat dijadikan
bahan pelajaran untuk melihat lebih jauh lagi apa sebenarnya hak manusia dan
mengapa manusia itu memiliki hak yang sama. Manusia sebagai makhluk individu
sekaligus sosial dibahas lebih sempit lagi dalam ajaran Gandhi. Ajaran Gandhi
merupakan ajaran yang praktis namun juga filosofis karena menyangkut kepada
hal-hal dasar yang terdapat dalam diri manusia. Ajaran Gandhi diharapkan bisa
dipelajari untuk menyelami lebih dalam lagi hakikat hak dan hakikat hidup
manusia. Dalam ajarannya Gandhi juga memercayai bahwa adanya Tuhan adalah dalam
kebenaran, dengan ajaran tersebut maka diharapkan juga tercapainya pemahaman kebenaran
dan kebaikan.
Dalam penulisan karya ini tentu
penulis sangat mengharapkan kepada pembaca tentang bagaimana kita memahami
ajaran Gandhi,sehingga seluruh masalah-maslah yang terjadi di Indonesia
teratasi dan tercipta kehidupan yang harmonis dalam masyarakat.
I.2 Rumusan Masalah
Dalam bab seanjutnya ada beberapa
hal yang penulis jelaskan, adapu rumusan masalah tersebut yaitu :
a) Siapa
Mahatma Gandhi?
b) Bagaimana
ajaran filsafat Gandhi?
c) Bagaimana
ajaran Gandhi dalam kehidupan bernegara?
I.3 Tujuan
Dalam penulisan karya ini, tentu
saja memilii tujuan, agar memiliki manfaat kepada pembaca dan masyarakat pada
umumnya. Adapun tujuan penulis menyusun karya ini yaitu ;
1) Mampu
menylesaikan permasalahan-permasalahan yang terjadi di Indonesia
2) Meningkatkan
pemahaman tentang hakekat manusia baik itu hak dan kewajiban setiap orang.
3) Memahami
nilai-nilai ajaran Mahatma Gandhi seperti Ahimsa, satyagraha,Asteya secara luas
dan mendalam.
4) Menciptakan
situasi yang kondusif atau aman dalam masyarakat.
5) Menciptakan
kedamaian dalam kemajemukan masyarakat Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
II.1. Biograpi Mahatma Gandhi
Mahatma Gandhi sebenarnya memiliki
nama lengkap Mohandas Karamchand Gandhi. Ia lahir pada 2 Oktober 1869 di
Porbandar, daerah Kathiawad, Gujarat, dari kasta Mohd. Bania yang
merupakan bagian kasta Vaisya dalam
agama Hindu. Ayah Gandhi bernama Karamchand Gandhi, atau yang lebih dikenal
dengan Kaba Gandhi adalah seorang diwan (menteri utama) di Porbandar yang
bertugas menarik pajak rakyat. Ibu Gandhi bernama Putlibai, seorang wanita yang
mengesankan Gandhi karena kesalehannya dan ia dalam pandangan Gandhi merupakan
istri dan ibu yang setia bagi suami dan anak-anaknya.
Dari
orang tua seperti diataslah Gandhi dilahirkan dan kemudian dibesarkan serta
memperoleh pendidikan. Semasa pendidikan dasarnya, Gandhi kecil termasuk anak
yang mengalami kesulitan belajar terutama dalam berhitung dan perkalian. Meski
demikian, ia merupakan anak yang tekun. Ia juga sering mendengarkan
diskusi-diskusi ayahnya dengan para pemuka agama lain seperti Jainisme, Islam
dan Kristen yang datang kerumahnya untuk berdiskusi tentang agama-agama.
Sementara, semasa pendidikan menengahnya, Gandhi remaja masih malu-malu sampai
ia mengakui bahwa ia tidak punya banyak teman kecuali buku-buku pelajarannya.
Pada
masa ini, ketika berusia 13 tahun, dengan tanpa persetujuannya Gandhi
dinikahkan dengan gadis sebayanya yang bernama Kasturbai. Sebagai pasangan
muda, kehidupan pernikahan Gandhi dengan Kasturbai tidaklah begitu stabil,
terutama yang menyangkut seks. Suatu peristiwa yang selanjutnya mengubah cara
hidup Gandhi adalah peristiwa yang terjadi menjelang ayahnya meninggal dunia.
Waktu itu Gandhi sedang menunggui ayahnya yang terbaring lemah karena sakit,
tetapi kemudian muncul keinginannya untuk berdekatan (berhubungan seks) dengan
istrinya. Gandhi lalu meminta pamannya untuk menggantikannya menunggui sang
ayah. Namun, ketika Gandhi sedang dikamar istrinya, ia diberitahu pelayannya
bahwa ayahnya telah meninggal dunia. Seketika itu ia menyesali kecerobohannya
(yang kurang bisa mengontrol hasrat seksualnya) dan dikemudian hari membuatnya
mengucapkan kaul pengekangan diri (Tapas).
Gandhi
menyelesaikan pendidikan menengahnya tahun1887 dan lulus ujian matrikulasi di
Universitas Bombay serta berhasil masuk di Samaldas College di Bhavnagar.
Karena merasa kurang puas, Gandhi mencari informasi agar bisa belajar di
Inggris sesuai cita-citanya waktu kecil. Akan tetapi, muncul larangan keras
terutama dari ibunya yang khawatir dengan kehidupan dan budaya masyarakat
Inggris, sehingga kemudian Gandhi bersumpah tidak akan menyentuh wanita, tidak
minum anggur dan tidak makan daging jika diterima belajar di Inggris. Pada
tahun 1888, Gandhi akhirnya tiba di Inggris untuk belajar ilmu hukum, meski
perhatiannya tidak hanya pada ilmu hukum saja. Di Inggris, Gandhi juga sudah
mulai terbiasa membaca Alkitab terutama Perjanjian Baru dan juga membaca
Bhagavadgita terjemahan Sir. Edwin Arnold.
Setelah
3 tahun di Inggris, Gandhi lulus ujian ilmu hukum dan diakui sebagai pengacara
berijasah. Gandhi kembali ke India pada bulan Juni 1891 dan bekerja sebagai
pengacara sambil nyambi bekerja paruh waktu sebagai guru di Bombay High School.
Akan tetapi, Gandhi selanjutnya memilih meninggalkan pekerjaanya di India
karena mendapat tawaran dari sebuah perusahaan India di Natal, Afrika Selatan
untuk membela orang-orang India di sana yang mengalami penderitaan akibat
adanya rasialisme dan gaji kerja yang tidak memadai. Gandhi akhirnya pergi ke
Afrika Selatan dan dalam usaha mengembalikan hak-hak asasi orang India di Natal
ini ia mendirikan Ashram di Phoenix .
Keberadaan
dan aktivitas Gandhi dan yang lain di Ashram dianggap membahayakan oleh
pemerintah setempat sehingga pada 1907 Gandhi ditahan serta diadili dengan
tuduhan sebagai agitator (pemimpin gerombolan). Penahanan itu memang tidak
berlangsung lama karena Gandhi tidak terbukti bersalah dan kemudian ia
dibebaskan. Melajutkan aktivitasnya, pada 1912 Gandhi memobilisasi aksi protes
massal kaum buruh secara besar-besaran, karena janji pemerintah untuk menghapus
pajak 3 pounds setahun atas pekerjaan yang diadakan di luar kontrol resmi tidak
ditepati. Kemudian pada tahun 1913 Gandhi juga memimpin demonstrasi untuk hal
yang sama. Bedanya, dalam demonstrasi ini juga diadakan pelanggaran lintas batas
dan ziarah menyeberangi batas-batas ke Transvaal di mana ribuan buruh tambang
yang mogok kerja ikut menggabungkan diri.
Karena
merasa panggilan hidupnya tidak hanya di Afrika Selatan saja, pada 1915 Gandhi
kembali ke India. Pada awalnya Gandhi tidak banyak berkecimpung dalam aktivitas
politik tetapi mengadakan perjalanan keliling India untuk mencari fakta-fakta
tentang kondisi sosial, ekonomi dan agama rakyat India. Menyikapi buruknya
kondisi rakyat India pada saat itu, pada tahun 1916 Gandhi memutuskan untuk
terjun ke dunia politik dimulai dengan berpidato didepan mahasiswa Universitas
Hindu di Benares. Di sini Gandhi mengemukakan pentingnya kebanggaan terhadap
produk lokal India dan juga menyesalkan sistim Kasta yang telah menimbulkan
kesenjangan sosial, ekonomi dan agama secara meluas. Pada 1917 Gandhi
menyelenggarakan kampanye anti kekerasan (ahimsa) di Bihar (India utara) untuk
membela kaum petani yang diperlakukan tidak adil dalam sistim perkebunan
Indigo. Selanjutnya pada 1918 Gandhi dan pengikutnya melakukan mogok umum tanpa
kekerasan di Ahmedabad untuk menuntut upah pekerja tekstil secara adil.
Gandhi
mulai menggebrak pentas politik India dengan mengemukakan kelemahan
Undang-Undang Rowlatt yang berisi aturan-aturan untuk menjaga keamanan tanpa
mengindahkan hak-hak rakyat India. Gandhi menentang lahirnya UU ini dengan
menjalankan gerakan berpegang teguh pada kebenaran (satyagraha) dan salah satu
cara yang ditempuhnya adalah dengan gerakan tidak mau bekerja sama
(non-cooperatioon movement). Rentang 1920 sampai 1922, Gandhi terpilih sebagai
pemimpin Partai Konggres Nasional India. Pada periode ini Gandhi juga sempat
memimpin kampanye massal melawan pembayaran pajak yang tidak adil. Karena
kegiatan-kegiatannya itu, Gandhi dijebloskan ke penjara selama 2 tahun tetapi
karena alasan kesehatan ia kemudian dibebaskan. Saat ia keluar dari penjara,
iklim politik di India telah berubah dengan mulai berkobarnya perselisihan
antara kaum Hindu dan Muslim.
Selama
periode-periode selanjutnya, Gandhi sangat berjasa dalam mengubah ketimpangan
sosial yang ada di India antara lain penghapusan gerakan untouchable yang
merugikan kasta Paria, toleransi beragama bagi kaum Hindu dan Muslim, serta
usaha swadeshi sebagai penolakan terhadap dominasi asing. Gandhi juga berjasa dalam
penyelesaian pergolakan buruh dan majikan, penghapusan sistim perbudakan dan
penghapusan pembunuhan lembu atas nama agama. Demikianlah, tahap demi tahap
Gandhi memimpin India menuju kemerdekaannya yang sempat ia saksikan pada tahun
1947.
Pada
3 Juni 1947 berdasarkan kesepakatan Mounbatten Plan antara pemimpin Konggres
Islam dan Inggris tercapai pembentukan negara India dan Pakistan pada Agustus
1947. Menanggapi pembentukan negara tanpa adanya persatuan seluruh India,
Gandhi berusaha mendekati tokoh agama Hindu dan Islam untuk meredakan
ketegangan antara keduanya. Akibatnya, seorang penganut Hindu fanatik, Nathuram
Godse, yang khawatir nantinya akan ada dominasi Islam, melakukan penembakan
terhadap Gandhi saat sesudah pertemuan doa pada 30 Januari 1948. Setengah jam
kemudian Gandhi menghembuskan nafasnya yang terakhir dengan mengucapkan He Rama
(Ya Tuhan).
Demikian
riwayat hidup Gandhi. Atas seluruh jasanya, Rabindranath Tagore, seorang
sastrawan besar India, menyebut Gandhi sebagai Mahatma atau orang yang berjiwa
besar (the great soul). Inilah yang kemudian membuat orang mengenalnya sebagai
Mahatma Gandhi.
II.2 Filsafat Metafisika Ajaran
Mahatma Gandhi
Secara garis besar filsafat Mahatma
Gandhi dibagi menjadi empat bagian, adapun bagian-bagian tersebut :
1)
Filsafat
Gandhi tentang Tuhan, Manusia dan Alam Sebagai Tri-Tunggal
Secara
umum filsafat Gandhi bersumber pada tradisi pemikiran India dan agama Hindu.
Dalam hal ini, filsafat Gandhi menunjuk Tuhan sebagai ide utama dan unsur
lainnya bersifat inferior. Tuhan yang dimengerti Gandhi bukanlah Tuhan sebagai
personal karena kata itu menurut Gandhi menunjuk pada orang sebagai wujud
konkrit. Meski impersonal, namun Tuhan yang memuaskan kebutuhan intelektual
juga bukan Tuhan yang sesungguhnya. Tuhan sesungguhnya adalah yang memerintah
hati dan mengubahnya ke arah kebaikan. Menurut Gandhi Tuhan itu serentak
sebagai kebenaran, pengetahuan dan cita-cita/tujuan (sat-cit-ananda). Harus
diingat juga bahwa Gandhi tidak berpretensi untuk menunjukan eksistensi Tuhan.
Baginya, kehadiran Tuhan dapat dirasakan dan dilihat dari realitas dihadapan
manusia, misalnya realitas alam yang teratur. Keteraturan alam bukanlah suatu
hukum keteraturan yang buta sebab ia mempunyai arah. Hukum semacam ini oleh
Gandhi dipahami sebagai Tuhan.
Selanjutnya,
jalan menemukan Tuhan bagi Gandhi, adalah dengan melihat ciptaan-ciptaan-Nya.
Bahkan Gandhi menyebut dirinya sedang berusaha keras melihat Tuhan melalui
pelayanan kepada sesama manusia. Pendeknya, realitas manusia tidak semata-mata
ordo alam tetapi juga ordo moral. Gandhi mengakui apa yang benar, yang berguna,
dan yang menguntungkan bagi manusia itu tidak ada perbedaannya. Bagi Gandhi
Tuhan itu tidak di surga ataupun neraka tetapi berada pada setiap orang dan
inilah kebenaran. Pemikiran ini memuat gagasan bahwa meskipun manusia tidak
mengakui adanya Tuhan, tetapi ia harus mengakui kebenaran. Menolak kebenaran
berarti menolak realitas dan eksistensi manusia itu sendiri.
Kebenaran,
dalam pemikiran Gandhi mencakup tida unsur yakni kebenaran pikiran, perkataan
dan perbuatan. Sebagai norma tingkah laku, kebenaran merupakan cermin bagi
manusia untuk berkomunikasi dan mempertimbangkan apa yang akan ia ikuti dan ia
hindari. Adapun untuk mencapai kebenaran ini manusia harus bersatu dan berdamai
dengan alam ciptaan Tuhan dengan cara Ahimsa. Ahimsa berarti bahwa manusia
harus menghindari segala bentuk kekerasan dalam kehidupannya. Ahimsa juga
merupakan kodrat manusia yang membedakannya dengan binatang. Manusia yang
merupakan kesatuan jiwa dan raga harus membuat ahimsa sebagai suatu sikap hidup
dan keyakinan yang harus dikembangkan sehingga ia benar-benar berpegang kepada
kebenaran yang sesungguhnya (satyagraha).
Dari
uraian di atas, kita bisa melihat bahwa dalam konteks tri-tunggal: Tuhan,
manusia dan alamlah Gandhi meletakan kerangka filsafatnya, meski unsur Tuhan
paling dominan, dalam arti bahwa alam sebagai landasan, manusia sebagai pelaku
dan Tuhan sebagai pencapaian tertinggi dari tinggal landasnya manusia.
2)
Antropologi-Metafisik
Gandhi tentang Manusia Sebagai Pelaku
Mengenai
keberadaan manusia, Gandhi menyatakan bahwa secara esensial manusia terdiri
dari jasmani dan rohani. Selain itu manusia juga memiliki kesadaran, rasio,
kehendak, emosi dan rasa keindahan. Dari keberadaannya itu, esensi aktivitas
manusia di dunia menurut Gandhi adalah pembebasan. Pembebasan manusia merupakan
satu langkah ke arah pembebasan seluruh umat manusia dari kedzaliman dan
kekerasan dari orang lain dan dari diri mereka sendiri. Gandhi juga menyatakan
bahwa manusia tidak akan bebas jika ia tidak mengetahui bahwa dirinya dikuasai
oleh kebutuhan, sebab kebebasannya selalu dimenangkan melalui upaya yang tidak
pernah berhasil seluruhnya untuk melepaskan diri manusia dari kebutuhan hidup
dan sampai penyatuan dengan hidup. Manusia memiliki kebebasan untuk mengarahkan
dirinya menuju kepada penyatuan dengan hidup atau malah terjerumus dalam
kejahatan. Setiap perbuatan memiliki karma-nya sendiri-sendiri. Dalam hal ini
Gandhi menekankan pelaksanaan 6 kebajikan tertinggi yang dijiwai oleh Filsafat
India yakni ahimsa, satyagraha, brachmacharya, asteya, aparigraha dan abhaya.Adapun
penjelasan 6 kebajikan tersebut yaitu :
a.Ahimsa
Secara umum kata Ahimsa mungkin
sering hanya diartikan sebagai tindakan tidak membunuh atau melukai mahkluk hidup,
namun menurut Gandhi ahimsa memang tidak mengandung pengertian sekeras itu,
tetapi nilai-nilai untuk menahan diri dari setiap usaha membunuh dan melukai
setiap bentuk kehidupannya sama. Tindakan ahimsa menurut Gandhi tidak bersifat
statis melainkan dinamis, seperti misalnya kita dibenarkan jika membunuh nyamuk
yang menggigit kita. Ahimsa juga disebutkan kebajukan yang tertinggi sebagai
tindakan nyata.
b.Satyagraha
Satyagraha berarti kebenaran, dan
kebenaran yang dapat direalisasikan dalam pikiran, perkataan dan perbuatanlah
yang dapat disebut benar. Manusia dapat merealisasikan kebenaran hidup jika
mampu mengendalikan enam rintangan dalam etika India yakni, hawa nafsu, rasa
marah, keserakahan, kebirahian, kesombongan dan kepalsuan. Ke-enam hal itu juga
merupakan pengetahuan dasar bagi pecinta kebenaran.
c.Brahmacarya
Secara harafiah brachmacharya
berarti tingkah laku yang menuntun manusia kepada Tuhan. Secara teknis berarti
pengekangan diri terutama penguasaan dan pengendalian organ seks. Gandhi
berpendapat bahwa Brachmachari (orang yang menjalankan brachmacharya) yang
sempurna, sama sekali tidak memiliki dosa karena mereka dekat dengan Tuhan. Brachmacharya
mangandung beberapa ajaran antara lain: nafsu seks berakar dalam pikiran,
praktek bracmacharya menghindari hal erotis, pembatasan aktivitas seks, diet,
menghormati wanita, pengaturan kehidupan seks, perkawinan, keluarga serta
mengontrol kelahiran.
d.Aparigraha
Secara harpiah Aparigraha berarti
memberikan harta milik pada orang lain. Tindakan ini merupakan pandangan tanpa
milik. Meski demikian sebenarnya aparigraha bukan berarti orang tidak boleh
memiliki harta duniawi, tetapi dalam kerangka pengabdian pada Tuhan dan
pelayanan sesama manusia. Menurut Gandhi seluruh ordo sosial harus disusun
kembali untuk membentuk masyarakat perwalian. Dalam masyarakat ini, kepemilikan
dilihat sebagai titipan yakni apa yang aku miliki memungkinkan untuk kamu
pergunakan; yakni alat produksi merupakan milik bersama. Implikasinya adalah
tercukupinya kebutuhan dasar setiap manusia.
e. Asteya
Asteya
diartikan sebagai tidak mencuri dan hal ini merupakan dasar bagi penentuan hak
milik seseorang. Gandhi menyakatan bahwa mencuri merupakan tindakan yang salah
dan buruk karena merugikan orang lain dan merupakan tindakan himsa, padahal
manusia seharusnya melindungi semua realitas dan bukannya malah merugikannya.
f. Abhaya
Abhaya
diartikan sebagai bebas dari semua rasa takut seperti takut akan mati, rasa
lapar, penghinaan, penganiayaan, murka dan yang sejenisnya. Dalam hal ini
manusia dituntut untuk memiliki keberanian, berani berkorban, bersabar, berbuat
tanpa ketakutan pada semua realitas. Menurut Gandhi, manusia harus bebas dari
rasa takut karena hal itu tidak pernah menjadi dasar moral.
3)
Kosmologi-Metafisik
Gandhi: Alam Sebagai Landasan
Konsep
Gandhi tentang alam yang berjiwa material dan immaterial sebenarnya hanya
mengikuti konsepnya tentang Tuhan, meski tidak terformulasi secara sistematis
pada suatu tempat, hanya pada kesempatan secara kausal. Sebagai ciptaan Tuhan,
keberadaan alam merupakan arena manusia mewujudkan dirinya dengan bimbingan
moral. Bagi Gandhi, manusia hidup dalam arti yang sebesar-besarnya apabila ia
bersatu dengan alam. Alam merupakan mitra yang senantiasa berhadapan dengan
manusia. Menurut keyakinan Gandhi, alam merupakan jembatan bagi kehidupan yang
abadi, sejauh hal itu di mengerti secara sadar. Oleh karena itu manusia perlu
menyeleraskan diri dengan alam. Hal ini juga akan mendekatkan manusia pada
peletak hukum alam yakni Tuhan.
Keprihatinan
Gandhi terhadap alam diartikan sebagai kebijaksanaan untuk kembali ke alam.
Keyakinannya pada harmoni antara alam dan tubuh manusia di wujudkannya dalam
kegemarannya pada naturopaty. Bagi Gandhi alam juga bukan merupakan manusia
sehingga manusia tidak boleh menggunakan kekerasan terhadap alam yang justru
akan merugikan manusia sendiri.
4)
Teologi-Metafisik
Gandhi tentang Tuhan Sebagai Pencapaian tertinggi
Dalam
seluruh filsafatnya, Gandhi memang menjadikan Tuhan sebagai titik sentralnya
sedang unsur lainnya menyesuaikan dengan Tuhan dan bersifat inferior. Beriman
kepada Tuhan, menurut Gandhi, juga merupakan pangkal tolak semua agama. Dengan
menyebut agama, Gandhi menunjuknya bukan secara formal dan adat, melainkan
sesuatu yang mendasari semua agama yang akan membawa kita bertemu dengan Tuhan.
Agama juga merupakan unsur permanen dalam watak manusia yang tidak
memperhitungkan berapapun harganya untuk mengungkapkan sepenuh-penuhnya serta
membuat jiwa gelisah sampai dapat menemukan dirinya, mengenal Tuhannya dan menghargai
hubungan yang sebenarnya antara Tuhan dan dirinya sendiri.
Gandhi
memandang agama dengan menekankan nilai kemanusiaannya. Jadi, Tuhan dihayati
Gandhi melalui semangat pengabdian. Semangat ini tidak hanya mengantarkan pada
sikap toleransi terhadap pluralitas (kemajemukan) agama tetapi juga pada
persaudaraan antara yang teis dan ateis dengan syarat ateis itu berusaha menuju
kebenaran. Makanya meski Gandhi menyatakan “God
is Truth dan Truth is God”, Gandhi menekankan yang terakhir dengan alasan
bahwa yang ateis mungkin menolak eksistensi Tuhan, tapi mereka tidak mungkin
menangkis kekuatan kebenaran.
Penghormatan
pada agama lain adalah sama dengan agama sendiri. Oleh karena itu seharusnya
tidak mungkin ada gagasan untuk berpindah agama. Manusia yang beragama dalam
bersikap dan bertingkah laku harus mencerminkan keagamaannya. Moralitas
merupakan hal yang fundamental dalam kehidupan manusia. Agama dan moralitas
adalah identik. Eksistensi dan kemajuan individu maupun masyarakat tergantung
moralitasnya. Oleh karena itu pembersihan diri secara total, baik jiwa maupun
raga sangat di anjurkan Gandhi. Orang harus membuang segala pikiran yang tidak
baik dan jiwanya harus diisi dengan pikiran murni yang tinggi. Demikian juga
tubuh harus bersih seperti jiwa. Dengan demikian orang akan insaf pada tujuan
hidup yang paling murni yakni mengabdi pada Tuhan.
II. 3. Ajaran sosial Mahatma Gandhi
Dalam Bernegara
Dalam bidang social Negara mahatma
Gandhi juga terkenal dengan tujuh prinsip social yang dibuatnya, ketujuh prinsip
tersebut membahas tentang tidakan-tindakan yang harus dihindari karena dapat
menghancurkan diri seseorang dan bahkan dapat menghancurkan sebuah Negara.
Adapun ketujuh prinsip tersebut yaitu :
a)
Kekayaan
tanpa kerja.
Kaya
tanpa bekerja disini mengacu pada
praktek mendapatkan sesuatu tanpa modal atau usaha, hanya memanipulasi pasar,
aset, orang dan barang, sehingga anda tidak harus bekerja atau menghasilkan
nilai tambah. Sekarang banyak profesi yang berkenaan dengan menumpuk kekayaan
tanpa bekerja yang sering disebut dengan korupsi, mengumpulkan banyak uang
tanpa membayar pajak, mengambil keuntungan dari dana-dana pemerintah tanpa
menanggung bagian beban keuangan yang wajar, dan menikmati semua keuntungan
dari status suatu warga negara dan keanggotaan suatu badan hukum tanpa mau
memikul resiko atau tanggung jawab apa pun.
b)
Kenikmatan
Tanpa Suara Hati
Kenikmatan
tanpa suara hati merupakan salah satu godaan bagi para eksekutif saat kini.
Banyak orang menganggap dirinya telah sukses lalu merasa bebas untuk melakukan
apa yang diinginkannya. Mereka mencari kenikmatan. Padahal kenikmatan tanpa
suara hati hanya menimbulkan luka dan sakit hati bagi orang-orang lain. Suara
hati adalah tempat bersemayamnya kebenaran dan prinsip-prinsip abadi monitor
internal hukum alam. Belajarlah untuk memberi dan menerima, tidak hidup egois,
peka, penuh perhatian. Jika tidak, maka tidak akan ada rasa tanggung jawab
sosial dalam kegiatan-kegiatan kenikmatan kita.
c)
Pengetahuan
tanpa karakter.
Bagaimanapun
berbahayanya pengetahuan yang sempit, jauh masih lebih berbahaya pengetahuan
tanpa karakter yang kuat dan berprinsip. Perkembangan intelektual yang murni
tanpa perkembangan karakter internal yang sepada sama halnya dengan menyerahkan
mobil sport bertenaga tinggi ke tangan remaja yang kecanduan obat bius.
Sayangnya ada saja orang yang tak suka dengan pendidikan karakter, karena
mereka menganggap, “Itu adalah urusan sistem nilai anda.” Tetapi anda bisa
mendapatkan seperangkat nilai umum yang disetujui semua orang, bahwa kebaikan,
keadilan, martabat, sumbangsih, dan integritas adalah patut untuk
dipertahankan. Tak seorang pun akan menentang anda dalam hal ini. Jadi, marilah
memulai dengan nilai-nilai yang tidak dapat dipertentangkan kemudian memasukkan
nilai-nilai itu ke dalam sistem pendidikan, pelatihan dan pengembangan
perusahaan kita. Marilah mencapai keseimbangan yang lebih baik antara
perkembangan karakter dan intelektual.
d)
Bisnis
tanpa moralitas (etika)
Bagi
Adam Smith, setiap transaksi bisnis merupakan tantangan moral agar kedua belah
pihak memperoleh hasil yang adil. Keadilan dan kemauan baik dalam bisnis adalah
tiang penyangga sistem perdagangan bebas yang disebut kapitalisme. Sistem
ekonomi kita merupakan hasil dari demokrasi konstitusional dengan pemenuhan
hak-hak minoritas juga. Semangat menang-menang adalah semangat moralitas,
semangat saling menguntungkan, semangat keadilan bagi semua yang terlibat.
e)
Ilmu
pengetahuan tanpa kemanusiaan.
Apabila
ilmu pengetahuan semuanya menjadi teknik dan teknologi, ilmu pengetahuan dengan
cepat akan merosot menjadi manusia melawan kemanusiaan. Teknologi berasal dari
paradigma ilmu pengetahuan. Jika hanya sedikit sekali tujuan kemanusiaan yang
ingin dicapai oleh teknologi, maka kita akan menjadi korban teknologi kita
sendiri. Bagaimana pun teknologi harus bersandar pada dinding yang benar; yaitu
kemanusiaan. Bila tidak, maka evolusi atau bahkan revolusi dalam ilmu
pengetahuan takkan atau sedikit sekali membawa pada kemajuan manusia yang nyata
dan berharga.
f)
Agama
tanpa pengorbanan.
Tanpa
pengorbanan kita mungkin aktif dalam kelompok agama namun tidak hidup beriman.
Kelompok agama hanyalah tirai sosial agama belaka. Tidak ada kerja sama nyata
dengan orang-orang, atau berusaha lebih keras lagi, atau mencoba memecahkan
masalah-masalah sosial kita. Melayani kebutuhan orang lain memerlukan
pengorbanan, setidaknya pengorbanan kesombongan dan prasangka diri kita sendiri.
Jika sebuah agama hanya dilihat sebagai suatu sistem hierarki biasa, pemeluknya
tidak akan mempunyai semangat pelayanan atau semangat ibadah yang mendalam.
Sebaliknya mereka akan memusatkan perhatian pada ritual lahiriyah dan semua
bentuk-bentuk luar agama yang bisa dilihat. Namun, mereka bukan orang-orang
yang berpusat pada Tuhan atau prinsip.
g)
Politik
tanpa prinsip.
Anda
lihat banyak politisi menghabiskan banyak uang untuk membangun citra, meskipun
citra itu dangkal, tiada isi, hanya untuk memperoleh suara dan jabatan. Bila
ini terjadi, maka sistem politik akan bekerja terlepas dari hukum-hukum alam.
Seperti dalam Deklarasi Kemerdekaan Amerika Serikat misalnya menulis, “Kami
percaya kebenaran-kebenaran ini dengan sendirinya, bahwa Manusia diciptakan
stara, bahwa mereka diberkati oleh Pencipta dengan Hak-hak tertentu yang
melekat pada dirinya, antara lain hak akan kehidupan, kemerdekaan, dan pencarian
kebahagiaan.
Jika
ketujuh masalah dapat kita atasi, niscaya Negara kita akan dapt mengatasi
masalah-masalah yang ada di Indonesia terutama masalah korupsi yang sangat
menjamur di Indonesia.
BAB III
PENUTUP
III. 1.Kesimpulan
Mahatma Gandhi merupakan tokoh besar
di India , mahatma Gandhi membawa perubahan sangat besar dalam system
pemerintahan India dan masyarakat India secara khususnya. Perubahan besar yang
terjadi disebabkan oleh beberapa ajaran dari mahatma Gandhi yang member
pengaruh sangat besar terhadap perubahan tersebut. Secara garis besar filsafat
ajaran itu dibagi menjadi yaitu, Filsafat Gandhi tentang Tuhan, Manusia dan
Alam Sebagai Tri-Tunggal, Antropologi-Metafisik Gandhi tentang Manusia Sebagai
Pelaku, Kosmologi-Metafisik Gandhi tentang Alam Sebagai
Landasan,Teologi-Metafisik Gandhi tentang Tuhan Sebagai Pencapaian tertinggi.
Dari keempat garis besar tersebut pada bagian kedua terdapat bagian-bagian yang
sangat penting diterapkan dalam kehidupan seperti misalnya
Ahimsa,Satyagraha,Aparigraha,Brahmacarya,dan Asteya. Jika kita dapat menerapkan
semua ajaran tersebut maka masalah-maslah yang terjadi disekitar kita ini baik
itu karena perbedaan-perbedaan yang ada, akan bisa teratasi tanpa ada
kekerasan. Selain itu Mahatma Gandhi juga terkenal dengan tujuh prinsip social
yang buatnya yang memberikan pemahaman terhadap manusia tentang nilai-nilai
hidup dalam Negara.
III. 2. Saran
Dalam kehidupan masyarakat Indonesia
yang majemuk baik ras, suku,dan agama ,yang juga merupakan penyebab terjadinya
permasalahan-permasalahan dalam masyarakat harus segera di tanggulangi, agar
tidak menyebabkan perpecahan-perpecahan dalam Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Ajaran Mahatma Gandhi nerupakan salah satu solusi dalam memecahkan
masalah-masalah yang terjadi dalam negeri ini, pemahaman terhadap nilai-nilai
ajaran Mahatma Gandhi akan memberikan kita kesadaran bahwa tindakan kekerasan
tidak akan menyelesaikan masalah,karena kita semua adalah saudara.